Syawir "Hukum Suami yang Tidak Menafkahi Istri bukan karena Nusyuz"

💕Deskripi
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته...
Mohon izin bertanya para asatidz. Sepasang suami istri sudah menjalani hidup bersama kurang lebih 30 tahun. Memiliki anak lebih dari satu. Tapi sang suami tdk pernah menafkahi istrinya sebagaimana mestinya. Mrk tdk akan pernah memiliki rumah jika si istri tdk berusaha. Apabila sang suami bekerja, mk uang hasil kerjanya tdk pernah disetorkan kepada istrinya. Bahkan biaya makan dan kebutuhan anak"nya pun istrinya lah yg memenuhi. Bisa dipastikan semua materi yg dimiliki keluarga tersebut adalah hasil jerih payah sang istri. Suatu ketika sang istri meminta uang untuk suatu keperluan, suami malah membentak si istri. Sekali lagi sang istri meminta uang di waktu yg berbeda, suami malah tdk menghiraukannya lagi. Sejak dua kejadian itu, sang istri bersumpah tdk akan meminta uang lagi sepeserpun kpd suaminya. Padahal itu kali pertama sang istri meminta uang, krn sedang dalam keadaan susah. (Suami rajin ke masjid,)
Nb. Istri dalam keadaan 'imkan' (bersedia memenuhi biologis suami), bukan nusyuz

👀Pertanyaan
  1. Bagaimanakah pandangan Islam terhadap sosok suami spt itu???
  2. Bagaimanakah pandangan Islam jika seandainya sang istri tidak tahan kmd berencana untuk bercerai? Apakah ada pandangan lain terhadap posisi istri tersebut, krn sang istri sungguh sgt sabar selama 30 tahun ini?
  3. Jika suami meninggal, bagaimanakah hukum waritsnya? Apakah tetap dibagi seperti biasa (menurut hukum syara', berarti saudara"nya si suamipun dapat) walaupun pada hakikatnya harta tersebut milik sang istri??

💦Jawaban
🐥1. Perilaku yang seperti itu (tdk memenuhi nafkah dhohir, padahal istri tdk nusyuz) tidaklah dibenarkan oleh syara'. Karena kewajiban nafaqoh dhohir adalah kewajiban suami.
🐥2. Istri berhak menuntut gugatan cerai pada suami, dikarenakan kelalaiannya dalam hal nafaqoh selama 30 tahun.
-Batasan istri boleh fasakh nikah dalam kitab bughyah Al-mustarsyidin adalah ketika istri tdk di beri nafkah dhohir oleh suami selama 3 hari.

💖Ibarot
بغية المسترشدين : ص ٢٤٢ : ولو غاب الزوج وجهل يساره وإعساره لانقطاع خبره ، ولم يكن له مال بمرحلتين فلها الفسخ أيضاً بشرطه ، كما جزم به في النهاية وزكريا والمزجد والسنباطي وابن زياد و (سم) الكردي وكثيرون ، وقال ابن حجر وهو متجه مدركاً لا نقلاً ، بل اختار كثيرون وأفتى به ابن عجيل وابن كبن وابن الصباغ والروياني أنه لو تعذر تحصيل النفقة من الزوج في ثلاثة أيام جاز لها الفسخ حضر الزوج أو غاب ، وقواه ابن الصلاح ، ورجحه ابن زياد والطنبداوي والمزجد وصاحب المهذب والكافي وغيرهم ، فيما إذا غاب وتعذرت النفقة منه ولو بنحو شكاية ، قال (سم) : وهذا أولى من غيبة ماله وحده المجوّز للفسخ.
🐥03. Tidak, karena harta yang dimiliki keluarga hanyalah milik istri, dan suami wafat tanpa meninggalkan harta, maka tidak ada tirkah.

~Catatan Penting ~
🐥1. Harta gono gini bisa dibagi jika ada percampuran antara harta istri dan harta suami.
اِخْتَلَطَ مَالُ الزَّوْجَيْنِ وَلَمْ يُعْلَمْ ِلأَيِّهِمَا أَكْثَرُ وَلاَ قَرِيْنَةَ تُمَيِّزُ أَحَدَهُمَا وَحَصَلَتْ بَيْنَهُمَا فُرْقَةٌ إِلَى أَنْ قَالَ نَعَمْ إِنْ جَرَتْ الْعَادَّةُ الْمُطَّرِدَةُ أَنَّ أَحَدَهُمَا يَكْسِبُ أَكْثَرَ مِنَ اْلآخَرِ كَانَ الصُّلْحُ وَالتَّوَاهُبُ عَلَى نَحْوِ ذَلِكَ، وَإِنْ لَمْ يَتَّفِقُوْا عَلَى شَيْئٍ مِنْ ذَلِكَ مِمَّنْ بِيَدِهِ شَيْئٌ مِنَ الْمَالِ فَاْلقَوْلُ قَوْلُهُ بِيَمِيْنِهِ أَنَّهُ مَلَكَهُ فَإِنْ كَانَ بِيَدِهِمَا فَلِكُلٍّ تَحْلِيْفُ اْلآخَرِ ثُمَّ يُقْسَمُ نِصْفَيْنِ. وَمِثْلُهُ مَا فِي أَحْكَامِ الْفُقَهَاءِ ج ٣ ص. ٣٨-٣٩.
🐥 Bahkan jika mayit meninggalkan hutang tidak ada kewajiban bagi ahli waris untuk membayar.
مات وعليه دين فضمن بعض الورثة للمستحق جميع الدين المذكور صح الضمان إتفاقا كما في الروضة.غاية تلخيص المراد ص :١٤٢ يندب أن يبادر بقضاء دين الميت مسارعة فك نفسه من حبسها عن مقامها الكريم كما ورد فإن لم يكن بالتركة جنس الدين أو لم يسهل قضاؤه سأل الولي وكذا الأجنبي الغرماء أن يحتالوا به عليه وحينئذ فتبرأ ذمة الميت بمجرد رضاهم بمصيره في ذمة نحو الولي وينبغي أن يحللوا الميت تحليلا صحيحا ليبرأ بيقين وخروجا من خلاف من زعم أن التحمل المذكور لا يصح كأن يقول للغريم أسقط حقك منه أو أبرئه و علي عوضه فإذا فعل ذلك برئ الميت ولزم الملتزم ما إلتزمه__مات وعليه دين زائد على تركته ولم ترهن به في الحياة لم تكن رهنا إلا بقدرها منه فقط فإذا وفى الوارث ما خصه أو كل الورثة قدرها انفك نصيبه في الأولى وكلها في الثانية عن الرهنية. 
بغية المسترشدين ص١٣٧-١٣٨ 
.لو مات ميت وعليه دين لم يجب على وليه قضاؤه من ماله فإن تطوع بذلك تأدى الدين عنه.

🐥 Bila si mayit tidak meninggalkan tirkah/tirkahnya tidak cukup untuk membayar hutangnya, maka ahli warisnya tidak wajib untuk membayar. Akan tetapi bila ahli waritsnya atau orang lain menanggung hutang tersebut, maka simayit sudah bebas bila penghutangnya merelakan dengan pengalihan tersebut .  [ ghoyah talkhish almurod hlm 134 dan 142,bughyah hlm 137,almajmu' 5/105 dan hasyiyah aljamal 2/141 ].

🐥2. jika memliki tirkah, maka Urutan pentasharufannya sebagai berikut:
  1. bayar hutang
  2. biaya perawatan mayit.
  3. kewajiban haji dan zakat.
  4. washiya 1/3 nya tirkah atau kurang dari 1/3.
  5. warisan.

🐥 Bila tirkah masih tetap mencapai senisab maka pembayaran zakat di dahulukan dari biaya perawatan mayit dan pembayaran hutang. Lihat I'anah 3/222

💣Mujawwib
  1. Ust Zainal Arif
  2. Ust Ahmad Junaidi
  3. Ust H Adib
  4. Ust Hamid
💙Notulen
Admin Grup

Comments

Popular posts from this blog

Syawir "Hukum Sholawat saat Memandikan Jenazah"

Kajian Qowaidh al fiqh ( Kitab al Asybah wa an Nadzoir) "Hal yang Berhubungan dengan Niat"

Kajian Ushul Fiqh (waroqot) "Perilaku Shohibus Syariah"